Langsung ke konten utama

Unggulan

Profil Desa Jerukagung

         Desa Jerukagung merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Desa yang luasnya 35 hektare ini, terletak 15 km dari puncak gunung Merapi, sehingga suhu rata-ratanya adalah 19 0 C dan merupakan daerah rawan bencana ketika terjadi erupsi gunung Merapi. Desa Jerukagung dapat dikatakan sebagai desa berkembang, karena desa ini sebenarnya sudah cukup maju dalam hal perekonomian, tetapi masih belum bisa dikatakan desa yang maju karena belum semua aspek tersentuh oleh modernisasi, teknologi, dan globalisasi.         Desa Jerukagung memiliki 8 dusun yang terdiri dari dusun Jerukagung, dusun Kresan, dusun Pandean, dusun Wates, dusun Margosono, dusun Wonosari, dusun Timbelan, dan dusun Cempan, dengan jumlah penduduk kurang lebih 90% berprofesi sebagai petani salak. Mata pencaharian petani salak banyak dipilih warga desa karena didukung oleh keadaan alam berupa tanah yang subur, udar...

Dusun




        Dusun Wates merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Jerukagung, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Dusun Wates berbatasan dengan Desa Kamongan dan Dusun Jerukagung. Terdapat dua RT, yakni RT 23 dan RT 24, serta memiliki satu RW yang bergabung dengan Dusun Margosono. Wilayah Dusun Wates didominasi oleh perkebunan salak, yang sebagian besar warganya bekerja sebagai petani salak. Jumlah penduduk di dusun ini sekitar 230 orang, dengan 58 Kepala Keluarga. Selain itu, setiap rumah warga dilengkapi dengan kolam ikan yang mana menjadi ciri khas tersendiri dusun ini.
        Tidak hanya perkebunan salak, juga ada hasil perkebunan lain seperti tumpeng sari, manggis, dan kelapa. Produk olahan perkebunan di dusun ini berupa gula kelapa, yang mana nira nya diambil dua kali dalam sehari yakni pada pagi dan sore hari. 
        Dusun ini memiliki tradisi tersendiri yang diadakan di dusun, antara lain Kenduri, yang dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu. Kenduri diadakan masing-masing RT, dalam rangka menyambut bulan tertentu seperti Ramadhan, Safar, Mulud, Rajab, dan Ruwah. Ada juga tahlilan yang diadakan ketika ada orang meninggal dan biasanya diadakan selama 1 hari, 3 hari maupun 7 hari sesuai dengan kemampuan pihak keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, terdapat tradisi Nyadran atau biasa disebut dengan Nyekar bagi warga yang memiliki ahli waris yang dimakamkan di dusun tersebut. Sedangkan pada malam sebelum 17 Agustus, ada sebuah tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini di Dusun Wates, yaitu Malam Tirakatan. Tirakatan dimaknai sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia. Ada pula tradisi Satu Suro atau Satu Muharam, yang merupakan tahun baru dalam kalender Jawa.
        Di Dusun Wates, terdapat berbagai kegiatan rutin yang diadakan oleh warga berupa pengajian pada malam Sabtu Legi, pertemuan pemuda (karang taruna) pada minggu kedua malam minggu, pertemuan Kelompok Tani (LPMD) pada malam Jumat Pon, PKK pada minggu pertama hari Minggu, Posyandu pada hari Kamis di minggu kedua, serta yasinan setiap Jumat setelah magrib untuk pemuda, dan setelah isya untuk para sesepuh.
        Desa Jerukagung menyimpan potensi sebagai tempat wisata, dimana pengunjung diharapkan dapat bersantai dan berwisata. Potensi yang ada di tiap dusun pun berbeda-beda. Sebagai contoh, Dusun Wates memanfaatkan aliran Sungai Batang untuk permainan seperti arung jeram. Hal ini didukung oleh keadaan Sungai Batang yang memiliki arus deras dengan lebar sungai kurang lebih 1,5 m. Akan tetapi, untuk saat ini potensi tersebut masih dalam proses perencanaan, sehingga untuk peresmiannya belum dapat ditentukan.






        Dusun Margosono merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Jerukagung, dan berbatasan dengan Dusun Wates. Dusun ini memiliki satu RT dan satu RW yang bergabung dengan Dusun Wates. Mayoritas wilayah Dusun Margosono dipenuhi oleh perkebunan salak yang menjadi mata pencaharian utama bagi warga Dusun Margosonono. Selain perkebunan salak, terdapat pula hasil perikanan bagi beberapa warga Dusun Margosono. Jumlah penduduk Dusun Margosono berkisar antara 35 Kepala Keluarga dimana jumlah warganya kurang lebih 120 jiwa. 
        Untuk tradisi dusun yang dilaksanakan di Dusun Margosono menyerupai yang ada di Dusun Wates seperti Kenduri, satu Suro, Malam Tirakatan, juga Tahlilan, karena dalam struktur pemerintahan Desa, Dusun Wates dan Dusun Margosono dikepalai oleh orang yang sama yaitu Bapak Maryono. Lokasi Dusun Margosono dan Wates yang berdekatan membuat karakteristik dusun ini hampir sama dengan Dusun Wates. 
        Beberapa kegiatan yang rutin dilaksanakan antara lain pertemuan bapak-bapak, PKK, Posyandu, serta Kelompok Tani. Kegiatan-kegiatan tersebut diurus oleh warga bersama dengan Bapak Tugiyat selaku ketua RW. Pertemuan bapak-bapak dilaksanakan pada malam Jumat Pon. Untuk kegiatan posyandu, dilaksanakan pada hari Selasa minggu kedua. Sedangkan untuk kegiatan lainnya dilaksanakan setiap satu bulan sekali.





        Dusun Jerukagung merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Jerukagung yang memiliki satu RW dan empat RT. Dusun Jerukagung merupakan daerah pegunungan, karena letaknya yang dekat dengan gunung Merapi, hal ini sangat mendukung untuk pengembangan potensi unggulan dusun sebagai mata pencaharian utama masyarakat dusun Jerukagung, yang dimana potensi unggulannya adalah salak pondoh. Salak pondoh merupakan salah satu varietas unggul salak yang dihasilkan dari dusun Jerukagung yang bernama salak nglumut. Nama nglumut diambil dari nama desa penghasil salak tersebut.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat dusun Jerukagung adalah petani salak pondoh, karena sebagian besar dari wilayah desa Jerukagung merupakan perkebunan salak pondoh. Selain bermata pencaharian sebagai petani salak pondoh, masyarakat dusun Jerukagung juga ada yang berprofesi sebagai petani padi, buruh lepas, penamban batu dan pasir, PNS, dan pegawai pabrik.
Sebagaimana orang Jawa pada umumnya, masyarakat dusun Jerukagung masih memegang erat adat istiadat sampai sekarang. Karenanya setiap bulan Sapar dalam satu tahun sekali, masyarakat dusun Jerukagung akan menggelar acara pagelaran wayang kulit.  Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Lalu, pada bulan Maulud, Suro, Sapar, dan Ramadhan selalu diadakan sedekahan dengan diselingi oleh tradisi kenduri. Kenduri adalah sebuah tradisi berkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, biasanya laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang genduren. Pada tradisi kenduri biasanya disediakan masakan khas Jawa berupa tumpeng yang dihiasi dengan berbagai ubo (pelengkap tumpeng yang biasanya berupa lauk pauk). Tradisi lainnya yang masih dipegang erat oleh masyarakat dusun Jerukagung adalah selapanan. Hitungan selapanan adalah 35 hari, maka minimal ada tatap muka antara masyarakat dengan ulama selama kurun waktu tersebut. Kemudian, jika ada sripah akan diadakan tahlilan dan yasinan selama tiga malam bagi yang beragama muslim, dan untuk yang beragama nasrani akan diadakan ibadah selama tujuh hari.
Untuk acara rutin yang selalu dilaksanakan di dusun Jerukagung adalah yasinan bapak-bapak yang dilaksanakan setiap malam Jumat, yasinan pemuda pemudi dilaksanakan setiap malam Jumat setelah maghrib, senam aerobic yang diadakan pada hari Minggu pukul 08.00, senam lansia diadakan setiap sore, ada perkumpulan arisan dan simpan pinjam setiap dua minggu sekali pada hari Sabtu malam, simpan pinjam PDMDKE setiap tanggal 21, dan kegiatan PKK dan posyandu setiap hari Kamis pada minggu pertama. 





        Dusun Kresan merupakan salah satu dusun yang terdapat di Desa Jerukagung. Dusun yang terdiri atas 150 kepala keluarga ini berbatasan langsung dengan Dusun Jerukagung dan Dusun Pandean, serta terdiri atas empat RT, yakni RT 15,16,17, 18 dan satu RW yakni RW 05.
        Sebagian besar warga Dusun Kresan bermata pencaharian sebagai petani salak. Selain itu, beberapa diantaranya berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), peternak, dan ternak ikan lele, juga petani nira. Produksi olahan salak yang bertempat di Dusun Kresan antara lain manisan salak (salacca), criping salak, jenang / dodol salak, dan kopi biji salak. 
        Berbagai macam kegiatan rutin dilaksanakan di Dusun Kresan, seperti kerja bakti, pengajian ibu-ibu, posyandu, senam, yasinan, TPA, syawalan, peringatan HUT RI. Kegiatan senam pagi dilaksanakan pada hari tertentu untuk masing-masing RT, sedangkan untuk RT 18 dilaksanakan setiap Hari Minggu pagi. Kegiatan kerja bakti terbagi atas kerja bakti bapak-bapak yang dilaksanakan pada hari Minggu Pon dan kerja bakti ibu-ibu,pada Sabtu Legi. Untuk kegiatan pengajian dilakukan setiap 35 hari sekali. Kegiatan Yasinan dilaksanakan setiap malam Senin untuk ibu-ibu dan malam Jumat untuk sepuh, yang bertempat di rumah warga sesuai dengan aturan pembagian. Setiap hari Selasa minggu ke-tiga dilaksanakan kegiatan Posyandu Lansia bersamaan dengan kegiatan PKK dan Senam Lansia. Sedangkan untuk kegiatan Posyandu Balita dilaksanakan setiap Hari Selasa minggu pertama. 
        TPA merupakan pembelajaran Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap hari, kecuali Hari Jumat. Syawalan rutin dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri dengan melibatkan partisipasi dari seluruh warga Dusun Kresan. Peringatan HUT RI juga dilaksanakan rutin, dimana diadakannya berbagai lomba untuk memeriahkan dan menambahkan keakraban warga Dusun Kresan.
        Terdapat perkumpulan warga berupa KWT, PKK, Dawis (Dasa Wisma), dan Karang Taruna. Kegiatan yang dilakukan oleh anggota KWT berkisar pada pengolahan salak, seperti pembuatan criping, jenang/dodol, serta manisan salak. Untuk kegiatan PKK dilaksanakan bersamaan dengan Posyandu Lansia. Sedangkan untuk Dawis kegiatannya dilaksanakan sebulan sekali oleh masing-masing RT. Karang Taruna Dusun Kresan turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di Dusun Kresan. Salah satunya ialah kesenian Jathilan yang diadakan setiap Minggu Legi.
       Di samping itu, ada pula tradisi di Dusun Kresan, seperti tradisi kenduri pada Satu Muharam serta Malam Tirakatan. Satu Muharam dikenal pula sebagai Satu Suro, atau tahun baru dalam kalender Jawa. Biasanya disajikan nasi tumpeng yang dihiasi berbagai ubo berupa lauk pauk. Sedangkan Malam Tirakatan diadakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, yang dilakukan pada malam 17 Agustus.





        Dusun Pandean secara geografis  terletak di sebelah utara dusun Cempan, di sebelah barat dusun Wonosari, dan di sebelah selatan dusun Kresan. Dusun Pandean terdiri dari 4 RT dan 1 RW. Dari 4 RT tersebut terdapat 125 kepala keluarga yang tinggal di dusun ini. Dusun Pandean dapat dikatak mempunyai tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Terbukti dengan adanya hasil pertanian dan perkebunan yang beranekaragam. Hasil pertanian di dusun Pandean berupa padi, sayur-sayuran, dan palawija. Hasil perkebunannya adalah salak, kelapa, kayu sengon, durian, manggis, dan duku. Untuk menambah kesuburan tanah para petani memberikan pupuk kandang dan sedikit pupuk kimia di lahan pertanian dan perkebunannya.
  Infrastruktur yang terdapat di dusun Pandean dapat dikatakan baik. Tempat tinggal masyarakat 100% sudah permanen. Di dusun Pandean terdapat sebuah sungai kecil yang membatasi antara dusun Pandean dan dusun Wonosari. Jembatan yang menghubungkan antara dusun Pandean dan dusun Wonosari ini sudah kuat dan berkualitas tinggi. Jalur transportasi di dusun Pandean sudah cukup baik. Jalur utama sudah terbuat dari aspal, sedangkan jalur perkampungan ada yang terbuat dari aspal, beton, ada yang masih berupa tatanan batu, da nada juga yang masih tanah.
  Mata pencaharian penduduk di dusun Pandean mayoritas sebagai petani salak. Selain petani salak ada pula masyarakat yang berpencaharian petani padi, petani palawija, petani durian, petani manggis, PNS, penambang batu dan pasir, dan pegawai pabrik. Penduduk di dusun ini kebanyakan bertempat lahir atau keturunan warga dusun Pandean sendiri/bukan pendatang. Akan tetapi ada juga warga dari luar daerah yang masuk dan tinggal di dusun Pandean, yaitu orang yang mendapat istri atau suami dan diajak bertempat tinggal di dusun Pandean. Selain itu, ada juga masyarakat yang pindah dari daerah lain untuk menetap di dusun Pandean.
Potensi yang terdapat pada dusun Pandean antara lain produk olahan lokal, agro ekowisata dan upacara tradisional. Produk olahan lokal yang terdapat di dusun Pandean adalah wajik kacang hijau, peyek pare, lompong, pegagan, sari salak, wingko, abon lele, dan abon ayam. Untuk agro ekowisata di dusun Pandean terdiri dari jalan-jalan di perkebunan salak warga, dan pengunjung dapat memetik salak sendiri dan langsung dimakan di lokasi secara gratis, dan salak yang perlu dibawa pulang baru dibayar. Selain melihat dan memetik buah salak langsung dari perkebunannya, pengunjung juga dapat melihat beraneka macam tanaman yang tertanam di sekitar rumah warga. Dusun Pandean banyak terdapat upacara tradisi peninggalan nenek moyang. Upacara tradisi yang masih lestari dilakukan adalah sinoman, atur-atur, kenduri, mulud, nyadran, dan selamatan. Sinoman adalah acara dimana para pemuda-pemudi menyuguhkan/memberikan makanan dan minuman ketika ada acara. Atur-atur adalah sebuah tradisi dimana para pemuda mengundang para sesepuh desa untuk acara tasyakuran sekaligus silahturami antar warga. Tradisi kenduri diadakan tiga kali dalam setahun pada bulan Suro, Safar, dan Mulud. Dalam tradisi kenduri, warga desa membuat tumpeng, kemudian dimakan bersama pada saat acara. Kemudian, pada tanggal 10 Suro, dusun Pandean mengadakan acara slametan yang dimana warga dusun membuat dua bakul berkatan, berkatan yang dibuat bisa dalam bentuk matang (nasi dan lauk) ataupun dalam bentuk mentah (beras, telur, gula, mie instan) yang nanti akan dibagikan ke warga desa, selain membuat berkatan, ada juga warga desa yang kebagian untuk memberikan uang untuk disumbangkan ke sekolah yang kurang mampu. Mulud adalah tradisi Maulud Nabi dan mengadakan tradisi kenduri sekaligus di rumah Pak Kadus. Tradisi nyadran diadakan pada bulan Ruwah, pada tradisi nyadran diadakan tahlilan dan tausiyah dari kyai untuk umat muslim dan ada khotbah dari romo atau pendeta untuk umat katholik/kristen. Selamatan adalah suatu tradisi yang diadakan pada waktu sebelum idul fitri (malam takbiran) dengan tujuan syukuran karena puasa telah usai.
Kegiatan rutin yang dilaukan di sudun Pandean adalah LPMD yang dilaksanakan setiap malam Senin Wage, kegiatan PKK dilaksanakan pada minggu ketiga. Lalu, setiap tanggal 15 diadakan acara KWT (Kelompok Wanita Tani). Selain itu, ada juga kegiatan posyandu. Kemudian untuk acara tahunan, ada acara tujuhbelasan dalam rangka memperingati kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.





        Dusun Wonosari merupakan salah satu dusun di desa Jerukagung. Dusun ini berbatasan dengan 3 dusun yaitu Dusun Jerukagung, Dusun Pandean, Dusun Timbelan, dan Desa Sudimoro. Letak dusun ini strategis, dengan jarak tempuh 45 menit menuju candi Borobudur, kota Magelang, dan kota Yogyakarta. Dusun Wonosari dibagi menjadi 4 RT. Mayoritas penduduk dusun adalah petani salak. Desa Jerukagung ini berdasarkan profil desa dari hasil taninya mampu menghasilkan 10 ton/ha salak, 7 ton/ha jagung, dan 7,5 ton/ha padi. Kebanyakan keluarga dusun merupakan keluarga sejahtera 1, dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar 2% per tahun. Dari seluruh penduduk, 60% merupakan angkatan kerja. 30% dari penduduk dusun merupakan lulusan SMA dan 5% dari penduduk berpendidikan strata 1. 
        Kepadatan penduduk di desa adalah 1233/ km2. Salah satu program unggulan yang ada di Dusun Wonosari adalah sedekah sampah. Apabila ada sampah domestik yang dapat dijual kembali, warga akan menumpuknya di suatu tempat didepan rumahnya. Kemudian setiap 2 kali sebulan, petugas TPQ akan mengambil sampah tersebut untuk di loakkan. Hasil loakkan tersebut akan digunakan untuk operasional TPQ. TPQ di Wonosari ini dilaksanakan hampir setiap hari. Peserta TPQ rata rata adalah anak SD dan SMP. Sebagai salah satu dusun di Desa Jerukagung yang memiliki penduduk terbanyak, Dusun Wonosari memiliki potensi sumber daya manusia yang menjanjikan.






        Dusun Timbelan merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Jerukagung. Dusun ini terbagi menjadi 2 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 65 orang. Mayoritas penduduk dusun Timbelan bermatapencaharian sebagai petani dengan hasil pertanian terbanyak adalah tanaman padi, palawija, dan salak. Selain menjadi petani, sebagian warga juga memiliki usaha ternak domba, burung puyuh, dan ayam. 
        Seperti masyarakat pada umumnya, di Dusun Timbelan juga terdapat perkumpulan warga yang masih aktif dan rutin berjalan. Perkumpulan ibu-ibu PKK digelar di tingkat dusun dan RT, sedangkan untuk bapak-bapak, terdapat perkumpulan kelompok tani tiap selapanan (35 hari). Dusun Timbelan memiliki tradisi kesenian sekaligus keagamaan berupa Kelompok Hadrah Hidayatul Fatah yang merupakan kelompok musik bernuansa islami dengan alat musik rebana. Selain hadrah, tradisi keagamaan yang rutin dilaksanakan adalah acara yasinan bersama-sama.
        Terdapat beberapa produk khas yang dihasilkan di Dusun Timbelan yaitu gula jawa dan minuman sari kelapa nata de coco. Terdapat kurang lebih 10 produsen gula jawa skala rumah tangga yang berada di Dusun Timbelan. Produksi gula jawa ini juga didukung oleh tanaman kelapa yang mencukupi sehingga air kelapanya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula jawa. Produk minuman sari kelapa nata de coco merupakan produk unggulan dari Dusun Timbelan yang telah dikirim ke beberapa daerah lain. 









        Dusun Cempan merupakan dusun di Desa Jerukagung yang terletak paling selatan. Dengan jumlah kepala keluarga kurang lebih 100 orang, dusun ini terbagi menjadi 4 Rukun Tetangga (RT). Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dengan hasil pertanian terbanyak dari dusun ini adalah salak. Perkumpulan warga yang masih aktif dan rutin dilaksanakan antara lain kumpulan dasawisma ibu-ibu per RT, kumpulan dusun, dan bapak-bapak kelompok tani. Terdapat pula acara Sewelasan yang mempertemukan tokoh-tokoh masyarakat. Sesuai dengan namanya, sewelas yang artinya sebelas, pertemuan ini dilaksanakan tiap tanggal 11 bulan jawa.
        Dusun Cempan merupakan dusun yang cukup kental akan tradisi keagamaan. Beberapa acara keagamaan yang rutin diadakan adalah tradisi Nyadran atau ziarah makam, kesenian Hadrah yaitu kelompok musik bernuansa islami dengan alat musik rebana, dan Yasinan rutin. Terdapat pula tradisi yang unik di dusun ini, setiap ada orang yang meninggal dunia, maka seluruh warga dusun akan mencari batu kerikil sejumlah 1000 buah. Kerikil ini nantinya akan digunakan untuk mempermudah menghitung bacaan surat Al-Ikhlas yang dibaca 100.000 kali selama 4 malam berturut-turut.

        Tradisi kesenian yang terkenal dari Dusun Cempan adalah kesenian tari Topeng Ireng, namun sayangnya kesenian ini sudah vakum karena kesibukan para pemain dan properti pertunjukkan yang kondisinya kurang baik. Produk olahan pangan khas dari Dusun Cempan adalah peyek regedek, peyek daun talok, dan juga jajanan pasar. Selain produk pangan, terdapat juga produk non pangan yaitu kerajinan keranjang salak dari bambu.



Postingan Populer